When Harry Meets Meghan

Stand up and speak up.

 

Ketika The Duke and Duchess of Sussex mengumumkan di Instagramnya: “We intend to step back as ‘senior’ members of the Royal Family, and work to become financially independent.”, the internet gets mad. Sementara saya, di ujung Selatan Jakarta, bertepuk tangan sambil berteriak kegirangan dalam hati: kereeen! Menurut saya, ini benar-benar menggambarkan Royal attitude yang sesungguhnya. Very modern, strong and bold.

Banyak akun Instagram menyatakan kekecewaan mereka dan berpikir bahwa sebagai ningrat, seharusnya Meghan Markle bersama sang suami tetap menjalankan tugas yang membebaninya sambil menelan pil pahit yang datang bersama titel tersebut. Itu adalah baggage yang memang sudah dari sananya harus dibawa ke mana-mana; sebagai risiko masuk ke dalam keluarga Kerajaan Britania Raya. Namun pikiran twisted saya terusik. Garis keturunan ningrat kan bisa jadi hanya konspirasi sejarah yang dibuat pada jaman baheula. Aristokrasi terbentuk ratusan tahun lalu dan dibuat oleh segelintir orang yang berkuasa pada zaman itu. Sebuah negara dan tata cara kenegaraan juga dibuat oleh manusia demi meraup teritori tanah, bukan? Lalu, jika pada masa sekarang ada manusia yang merasa peraturan dan pandangan ala darah biru yang diciptakan beratus tahun lalu tersebut sudah tidak relevan lagi, sah-sah saja bukan untuk mengkonfrontasi atau menanggalkan dan meninggalkannya? Asalkan berani. Itu kuncinya.

Saya pun menebak-nebak, Meghan Markle dengan latar belakang sebagai perempuan modern belajar untuk menghargai semua insan dengan setara, tanpa melihat warna kulit, jabatan, maupun harta kekayaannya. Ketika tiba-tiba harus hidup dengan peraturan-peraturan yang aneh bin ajaib, pastinya ia lelah dan tak betah. Belum lagi media Inggris yang kadang tak punya hati, apalagi bisa jadi Sang Ratu juga ikut mem-bully. Tak mengherankan bila ia speak up dengan caranya sendiri. She has been raised differently than those royals. Perempuan multikultural yang “self-made” satu ini telah berhasil menciptakan hidup yang baik untuk dirinya sendiri. Mulai dari bawah hingga berhasil menembus Hollywood, sedari dulu ia sudah merupakan pribadi yang kuat, perempuan yang tahu apa yang ia mau, speaks her mind, dan berjiwa sosial. Bisa dikatakan memiliki seluruh karakter yang diimpikan oleh Harry.

Harry kan juga pernah mempertimbangkan “royal exit” sebelumnya. Pada 2007, ketika masuk ke dalam army, ia pernah mengungkapkan kepada Mail on Sunday: “I wasnt a Prince, I was just Harry”. Dunia pun rasanya telah menyaksikan sendiri bagaimana ia tumbuh menjadi a rebellious prince. Kini, jika pada akhirnya ia bertemu dengan belahan jiwanya, I think this is so powerful.

Dengan mendeklarasikan bahwa mereka akan menjadi‘financially independent”selepas keputusan yang dibuat untuk mundur, artinya mereka tidak akan lagi menerima dana dari the Sovereign Grant, dana publik Inggris yang mendukung tugas resmi sang ratu dan memelihara istana-istana yang ditempati oleh para anggota keluarga kerajaan. Harry dan Meghan kini mendapatkan izin untuk bekerja dan mendapatkan penghasilan, yang mana tidak diizinkan sebelumnya. Hal ini sudah banyak terjadi dan bukan hal baru, termasuk di antaranya adalah kehidupan Princess Beatrice dan Princess Eugenie. Meskipun mereka bekerja full-time di luar kehidupan kerajaan, but they are still able to do work in support of the monarchy while making their own way. Sekarang tiap individu berhak menentukan hidupnya mau jadi seperti apa. Apakah dia anak raja atau anak presiden, kalau mau jualan pisang goreng ya boleh, mau naik pesawat jet ke mana-mana juga bisa.

Keluarga dan sejarah tentu tak kalah pentingnya dengan pilihan hidup pribadi. Namun dunia pada hari ini membutuhkan manusia-manusia real  lebih dari apapun. Manusia pernah berkembang di masa “khayalan”, hidup dan percaya akan hal-hal gaib. Kita juga pernah hidup di masa slavery, di mana apapun yang dikatakan oleh our superior (bisa raja, presiden, kaisar, dan lainnya), kita harus tunduk, percaya, dan meng-iya-kannya meskipun dengan berat hati. Tapi hari ini, di tahun 2020, manusia hidup di zaman dimana informasi telah berkembang luas. Kita mengulik sejarah instead of just believed what’s been told to us. Kita mengupas peristiwa instead of just being passive and listening to the news. We know what we know. We believe what we believe. And we’re seeking for the peacefulness of the soul and the happiness of the heart. Kita sadar bahwa kita hidup untuk diri kita sendiri. Apapun yang memberatkan hati sewajarnya akan ditanggalkan.

Kembali ke surat cinta di Instagram dari The Duke and Duchess of Sussex, mereka memulainya dengan kalimat “After many months of reflection and internal discussions,” yang terdengar persis seperti a classic breakup letter. Lucunya, memang terkadang dalam hidup kita perlu untuk disconnect in order to re-find ourselves.