Is English the key to the next level?
Pada bulan Agustus lalu, boyband Korea Selatan BTS mencetak sejarah. Single terbaru mereka, Dynamite, telah memuncaki chart Hot 100 dari Billboard. Grup K-Pop yang terdiri dari RM, Jin, Suga, J-Hope, Jimin, V, dan Jungkook tersebut telah berhasil menjadi all-South Korean group pertama yang meraih pencapaian tersebut.
BTS’ road to global superstardom might look like an overnight success for some, but it was a story that had a long time developing. Mereka memulai karirnya di tahun 2013 melalui single ‘No More Dream’. Dari sana merkea perlahan-lahan membesarkan fanbase yang disebut dengan ARMY. Ada 2 online platform yang krusial dalam perkembangan popularitas mereka: Youtube dan Twitter. Youtube merupakan media dimana orang-orang dari berbagai penjuru dunia dapat menemukan video musik BTS. Sementara itu, Twitter adalah tempat dimana mereka dapat berinteraksi dengan para fans secara lebih dekat, seperti dengan update status atau selfie pribadi – langsung dari para anggotanya. This way, they are able to communicate with audiences in any part of the world through the magic of the internet.
Salah satu momen terpenting dalam perjalanan karir BTS adalah kemenangan mereka di Billboard Music Awards di tahun 2017 sebagai Top Social Artist. Penghargaan tersebut membuka banyak pintu untuk kerjasama-kerjasama dengan musisi mancanegara dan membesarkan popularitas mereka dengan pesat. Fast forward to 2020, and their list of achievements only gets longer. Semua album mereka sejak “Love Yourself: Tear” pada tahun 2018 menduduki peringkat pertama di Billboard 200 pada minggu pertama perilisannya. Kesuksesan mereka tak dapat dipisahkan oleh pengaruh yang dimiliki fans mereka, para ARMY. Beberapa bulan yang lalu, para fans BTS telah berhasil menggalangkan dana sebesar 1 juta dollar AS untuk didonasikan pada gerakan #BlackLivesMatter, jumlah yang sama dengan yang disumbangkan oleh BTS.
Dari sini dapat diamati beberapa hal. Apa yang dihadirkan oleh para musisi K-Pop dapat menarik audiens global. Fans mereka bisa berasal dari berbagai bagian dunia, apakah itu di Eropa, Latin Amerika, Afrika, ataupun Timur Tengah. Tak hanya luas, tetapi mereka juga sangat loyal dan memiliki pengaruh yang kuat, terutama di media sosial. Those things also translate to the most important thing behind any industry: financial results. Walaupun begitu, K-Pop sendiri sebagai genre musik masih dipandang luas tergolong sebagai sebuah niche di industri musik internasional. Salah satu alasannya berkaitan dengan perihal bahasa. Sesuai dengan pertanyaan yang paling sering didengar oleh para fans K-Pop: “Mengapa kamu menyukai lagu dalam bahasa yang tidak kamu mengerti?”
Memang walaupun performa chart BTS sebelumnya selalu tinggi, lagu full-English ‘Dynamite’ merupakan single mereka yang menduduki peringkat pertama Billboard 100. Menurut Justin Bieber dalam sebuah wawancara dengan E!, prestasi tersebut tercapai karena Dynamite yang berbahasa Inggris mendapatkan banyak airtime dari radio-radio di AS, tidak seperti lagu-lagu bahasa Korea pada umumnya. “Historically, non-English songs have had a hard time getting radio play, and as a result, rarely do they see the top of the Billboard charts.” ujarnya. Lagu bahasa Korea dengan posisi tertinggi di Billboard Hot 100 adalah Gangnam Style dari Psy yang menempati posisi ke-2 selama tujuh minggu pada tahun 2012.
Walaupun dunia musik barat terlihat susah menerima para musisi Asia dengan terbuka, banyak musisi-musisi Amerika dan Inggris yang berkolaborasi dengan penyanyi K-Pop. Kerjasama tersebut terjalin baik karena ketertarikan antar seniman, maupun untuk mendapatkan hype factor serta mengulurkan tangan kepada fanbase K-Pop yang besar dan berpengaruh.
Dua Lipa, Lady Gaga, dan Selena Gomez dengan Blackpink, lalu Wale, The Chainsmokers, Steve Aoki, Desiigner, Nicki Minaj, Honne, Halsey, Ed Sheeran, Lauv, dan Sia dengan BTS. Masih ada banyak contoh lain, seperti NCT dan Lay Zhang dengan Jason Derulo, Red Velvet dengan Ellie Goulding, SHINee Key dengan Years & Years, atau G-Dragon dengan Diplo, Pixie Lott, Missy Elliott, Sky Ferreira, Skrillex dan banyak lagi. The lesson is well-learnt: the popularity of K-Pop is massive and it helps Western artists to earn a broader recognition of their work, too.
Pada tahun 2009, solois BoA dan girlband Wonder Girls telah merilis lagu dalam bahasa Inggris dalam upaya untuk beranjak ke pasaran musik Amerika. Melalui album bahasa Inggrisnya, BoA berhasil menjadi bintang K-Pop pertama yang masuk ke Billboard 200, dan melalui single ‘Nobody’, Wonder Girls telah berhasil menjadi grup Korea Selatan pertama yang masuk ke Billboard Hot 100. Menggunakan bahasa Inggris, ditemani dengan kolaborasi dengan musisi Amerika, selalu menjadi strategi klasik untuk ‘menaklukkan’ pasaran musik internasional. Tetapi, apakah itu satu-satunya strategi yang efektif?
Tahun lalu, SM Entertainment bekerjasama dengan Capitol Records untuk sebuah ‘K-Pop supergroup’ yang dirancang untuk pasaran musik internasional, yaitu SuperM. Terdiri dari 7 anggota yang masing-masing berasal dari 3 boyband berbeda dari SM Entertainment (Taemin dari SHINee; Baekhyun dan Kai dari EXO; Taeyong, Mark, Ten, dan Lucas dari NCT), SuperM juga berhasil memuncaki Billboard 200 dengan self-titled EP mereka, serta mengadakan konser sold-out di Madison Square Garden, New York.
Pencapaian tersebut mereka raih dengan lagu-lagu bahasa Korea dengan style musik yang lebih dekat dengan karakter K-Pop, bukan mainstream Western pop. Fast forward to September this year, SuperM merilis LP pertama mereka “Super One” dengan 15 lagu bilingual baru. Dibandingkan dengan album-album K-Pop pada umumnya, album ini memang lebih banyak mengikutsertakan elemen Bahasa Inggris dalam lirik-liriknya. Strategi ini tentunya dirancang untuk menarik perhatian para penikmat musik secara global, tetapi juga memperkenalkan lagu-lagu dalam Bahasa Korea juga.
However, as we observe, the ascent of the current biggest names in K-Pop’s musical careers is propelled by songs in their native language – Korean. K-Pop sendiri merupakan entitas budaya kontemporer yang unik. Its allure, as shown with its loyal global fanbase, goes beyond language barriers. Para fans K-Pop mungkin tidak mengerti setiap kata yang dinyanyikan para idola mereka, tetapi mereka tetap menggemari lagu-lagu tersebut. Mereka bisa terkesima terhadap visual yang terpampang dari video musik K-Pop atau melodi seru dari lagu-lagunya – hal-hal yang dapat dipahami tanpa perlu berkomunikasi dalam Bahasa Korea. Ketika para fans ingin mengetahui apa yang dinyanyikan sang idola, mereka cukup mengetik “(judul lagu) english lyrics” di internet. Dari situ, mereka akan terjun lebih dalam ke dunia K-Pop seperti Alice memasuki Negeri Ajaib.
Music goes beyond language barriers. Menurut Taemin, anggota SuperM dengan pengalaman lebih dari 12 tahun di industri K-Pop sebagai anggota dari SHINee dan seorang solois, pesona utama dari K-Pop adalah “bagaimana ada begitu banyak style dan genre musik yang dapat digabungkan dalam satu lagu dan bagaimana mereka [menjadi] begitu catchy.“ ujarnya dalam sebuah wawancara dengan lembaga Grammy. Lirik mungkin butuh pemahaman bahasa, tetapi genre musik tidak. K-Pop menggabungkan berbagai genre mulai dari Pop, EDM, R&B, Hip-hop, Dance, Acoustic, hingga Jazz. Bila sang pendengar menyukai paling tidak salah satu dari genre-genre tersebut, mereka bisa menggemari lagu-lagu K-Pop.
Namun, bila kita berdiskusi tentang bagaimana seseorang menikmati sebuah lagu, tentu lirik adalah elemen yang penting. Memahami apa yang mereka katakan dalam bentuk musik merupakan salah satu kebahagiaan bagi seorang penikmat lagu. Walau begitu, problema language barrier juga lebih mudah diatasi di era digital ini, dengan adanya aplikasi penerjemah di gadget kita. Selain itu, dari sudut pandang musisi, sebagai orang dari suatu negara, tentu ada kebanggaan tersendiri bila bagian dari budayanya dapat digemari orang-orang di berbagai negara lain. Meraih kesuksesan dan pengakuan dalam dunia hiburan dalam bahasa ibu kita adalah kemenangan yang lebih manis (seperti halnya kesuksesan film Korea “Parasite” dan film tanah air “The Raid” di dunia perfilman internasional).
Dalam komentarinya terhadap perilisan Dynamite, Bieber juga menambahkan bahwa “[BTS] telah berkata jelas bahwa bahasa Korea merupakan bagian dari seni dan identitas mereka.” Dan itulah memang yang BTS kerap katakan dalam berbagai wawancara ketika mereka mendapat pertanyaan, “Apakah kalian akan merilis album bahasa Inggris?” Lagu Dynamite sendiri dirilis dalam Bahasa Inggris karena lirik Bahasa Inggris terdengar lebih sesuai dengan melodi lagu tersebut ketika mereka merekamnya. Per penulisan artikel ini, BTS telah mengumumkan bahwa mereka akan merilis album baru mereka ‘BE’ pada tanggal 20 November mendatang. We will see whether we are getting more English songs from them, or will they stay in releasing songs in their mother language.
Pada spektrum lain musik Asia adalah 88rising. Label rekaman dan management agency ini didirikan oleh Sean Miyashiro sebagai platform untuk ‘generasi baru’ musik Asia, dengan fokus pada pasaran musik Amerika. Musisi-musisi asal Indonesia Rich Brian, Niki, dan Stephanie Poetri adalah beberapa nama di bawah naungan 88rising, dan mereka berfokus dengan rilisan-rilisan dalam bahasa Inggris. Their popularity in the US? Growing quite well, especially among Generation Z and the Asian diaspora community.
Mengapa para penyanyi 88rising memiliki following yang kuat di komunitas Asian diaspora? Alasannya mungkin bisa dirumuskan dalam satu kata: representasi. Inilah para talenta muda, menunjukkan kebolehan mereka di industri hiburan internasional yang susah ditembus oleh para Asians. Through their work, they are providing a voice for the Asian diaspora community all across the world. Kisah dan karya kaum kreatif Asia memang adalah sebuah minoritas di mainstream pop culture. Akan tetapi, ada sebuah demand untuk entitas-entitas budaya pop yang dikreasikan oleh orang-orang Asia teruntuk orang-orang Asia, seperti kesuksesan film/buku “Crazy Rich Asians” yang menceritakan kisah orang-orang Asian di luar stereotip media barat, atau film Parasite yang menjadi film berbahasa asing pertama yang memenangkan Best Picture di upacara penghargaan Oscars.
Dalam sebuah wawancara dengan Paper Magazine, Niki menjelaskan bagaimana 88rising didirikan untuk “melampaui arti untuk menjadi seorang bangsa Asia di mainstream media.” The Asian community is yearning for opportunities to share their authentic stories and showcase their talent in the international entertainment industry. Fenomena kesuksesan K-Pop pun mungkin tak jauh lepas dari demand untuk musik orisinil yang sedikit berbeda dengan apa yang kita terima di musik mainstream.
Merilis lagu dalam Bahasa Inggris memang adalah strategi umum untuk memperkenalkan para pemusik-pemusik Asia ke pasar musik internasional, tetapi itu bukanlah satu-satunya kunci kesuksesan darinya. Nama-nama K-Pop yang kerap kita sebutkan sekarang, mulai dari BoA, Rain, Super Junior, Big Bang, Girls’ Generation, SHINee, EXO, BTS, IKON, Twice, Blackpink, NCT, Stray Kids, Itzy – mendapatkan popularitas mereka melalui lagu-lagu berbahasa Korea. Memang kini mereka masih dipandang tergolong sebagai niche genre, bukan lagu mainstream. Tetapi, ingat beberapa tahun lalu dimana lagu Despacito menjadi worldwide hit dan memperkenalkan tren lagu Latin di industri musik? Mungkin itu adalah masa depan dari lagu-lagu para seniman Asia yang dibawakan dalam bahasa dan budaya mereka. We will look forward to seeing how Asian pop music will stand in the international music industry.