A self-made successful woman.
Sejak Max Mara didirikan pada tahun 1951, Achille Maramotti, sang founder, mengaku bahwa perempuan Max Mara adalah para kalangan profesional Italia. Identitas inilah yang dicoba digambarkan Ian Griffiths di koleksi Max Mara Autumn/Winter 2021, yakni perempuan yang bekerja keras untuk menggapai cita-citanya.
Latar belakang Griffiths mempengaruhi sudut pandangnya akan inspirasi koleksi ini. Ia yang tumbuh di era punk di Inggris membawa sensibilitas tersebut dalam berbagai aspek koleksi. Pertama adalah nuansa aktivitas outdoor lewat kreasi puffer vest, duffle coat, hingga trench dalam palet nude yang ikonis. Hal ini mengingatkan kepada pesona sang penguasa monarki Inggris dengan kegemarannya akan berkuda, berburu di alam liar, juga berkebun.
Ada pula kesan military lewat hadirnya palet army green dalam rupa puffer vest, nylon dan fur jacket, trench, jaket kulit hingga gilets. Semua dipadupadankan secara chic bersama bawahan rok midi lipit hingga motif plaid bersama aksen knotted scarf yang melilit leher, juga melindungi kepala selayaknya gaya outdoor Queen Elizabeth II.
Sementara gaya country yang diwakili oleh kesan relaxed dirasa begitu relevan untuk merespon situasi pandemi ini. Cable knit sweater bersiluet longgar dan sheer midi skirt motif houndstooth bersama outdoor boots juga menjadi highlight. Griffiths juga merilis oversized cashmere sweater bertuliskan angka 1951 yang begitu nyaman sebagai gaya keseharian. Tulisan angka 1951 sendiri mengingatkan bahwa pada tahun ini Max Mara merayakan anniversary ke-70.