60 minutes with the high calibre choreographer.
Di balik fashion show yang bermakna, ada tahap persiapan yang dilalui. Seperti skema pemilihan model, penciptaan gerakan dan ekspresi, penentuan urutan baju, penyesuaian musik, hingga penataan cahaya, yang secara berkelanjutan dilakukan demi menyuguhkan kesan impresif. Panca Makmun, adalah sosok yang paham betul akan proses tersebut. Profesinya sebagai koreografer fashion show dan fashion show director memegang peranan penting untuk membuat sebuah pagelaran busana terlihat berkesan.
Mengawali karier di tahun 1990, Panca memiliki cara sendiri dalam menciptakan fashion show yang berbobot. Di kamus kreativitasnya, ketika akan mengolah koleksi busana dari para desainer, ia menganalogikan proses tersebut seperti tahapan sebuah perkawinan. Dimulai dari berdiskusi bersama sang desainer sembari mengamati seperti apa koleksi tersebut, hingga kemudian menumpahkannya lewat rangkaian gagasan.
Ide-ide tersebut pun diaplikasikan pada saat geladi resik di mana ia dan timnya turut menyisipkan improvement berdasarkan masukan dari sang desainer. Dari rangkaian proses tersebutlah ia mampu menciptakan chemistry dari sebuah show, yang tentu menjadi poin untuk membuat sebuah pagelaran tampil secara harmonis dan sinergis. “Saya suka show yang ringkas dan tidak banyak blocking. Karena saya ingin membiarkan koleksi baju itu sendiri untuk bersinar, tetapi tetap dengan sentuhan drama sebagai pelengkap agar show berkesan,” tutur Panca lewat sebuah wawancara via Zoom.Â
Di tahun 2020 ini, Panca Makmun genap 30 tahun berkarya di ranah koreografi fashion tanah air. Portofolionya sudah kaya dengan nama-nama desainer dan fashion houses kenamaan yang konsep show-nya ia garap. Sebut saja Bin House, Sebastian Gunawan, Biyan, Itang Yunasz, hingga Didi Budiardjo. Di tengah momen self-isolation kemarin, saya berkesempatan untuk mewawancarai sang koreografer legendaris untuk menceritakan perjalanan panjang kariernya yang konsisten. Rahasianya ada pada mindset bijak dan etos kerja disiplin, yang membuatnya tetap dipercaya oleh para desainer kenamaan maupun talenta baru.
Dynamism in Motion
Di awal karier Panca sebagai koreografer, sebuah pagelaran busana seringkali lebih menekankan kepada figur dibanding koleksi baju itu sendiri. Dengan bekal pengalamannya, ia menyisipkan bagaimana gerakan tubuh mampu mengangkat pesona koleksi busana dalam sebuah fashion show. Contoh dari salah satu yang ia wujudkan adalah fashion show Bin House di tahun 1996, di mana saat itu para model menari untuk memperagakan koleksi. Untuk lebih mendalami kesan, Panca menginstruksikan agar model melenggok tanpa alas kaki dan menggabungkannya dengan alunan musik dangdut. Hal tersebut dilakukan demi kesempurnaan suguhan nuansa etnik nan kental yang sukses dan berkesan.

Parachute Jacket, Diesel. Location, Komunal.
Kelihaian Panca untuk menekankan gerakan tubuh bermula pada tahun 1984, ketika ia bergabung dengan grup tari Swara Mahardika yang dipimpin oleh Guruh Soekarno Putra. Panca pun sempat menekuni dunia modelling untuk memperagakan busana dan menghiasi majalah remaja – Gadis dan Mode di kala itu. Kedua pengalaman tersebut lantas menjadi bekal dan ia aplikasikan ke ranah peragaan busana sehingga menciptakan kebaruan.
Panca juga menjadi pioneer akan konsep fashion show yang tidak bertele-tele. Selama berkarya, ia mengaku pernah mendapati tamu undangan yang bingung karena singkatnya durasi fashion show. Ia menjelaskan bahwa fashion show dirancang tampil ringkas agar bisa straight to the point kepada makna koleksi dibanding berlama-lama menyaksikan popularitas figur yang memperagakan busana.
Career Consistency
Apa yang ditekuni Panca di awal kariernya merupakan aktivitas yang langka di Indonesia. Ia dinilai berani untuk fokus di dunia koreografi fashion, walaupun pada awal mula ia mengaku sempat tergoda dengan pekerjaan lain. “Saya sempat ditawari jadi bintang iklan tetapi saya tolak. Namun saya pernah menerima sebuah tawaran untuk akting di sebuah layar kaca karena berpikir saat itu akting masih relevan untuk mendalami karier sebagai koreografer,” ceritanya. Ini adalah bentuk kurasi langkahnya untuk bisa tetap fokus.

Suit, CK Calvin Klein.
Kemampuannya beradaptasi juga menjadi kekuatan. Ia tak hanya mampu menangani fashion show tapi juga dipercaya untuk menciptakan alur koreografi yang indah di malam penganugerahan Puteri Indonesia dan Miss Indonesia. Menjadi juri kompetisi ajang pencarian model Jakarta Fashion Week juga ia lakukan. “Ketika menerima tawaran pekerjaan, saya tidak pernah membanding-bandingkan pekerjaan berdasarkan skalanya. Yang terpenting bagi saya adalah untuk bisa mengerjakan yang terbaik,” ungkapnya.
Pengalaman selama tiga dekade menciptakan jiwa kepemimpinan. Panca kini menjalankan organisasi usaha rintisan personal P Production, yang mengkhususkan usaha di ranah show direction bersama timnya. Ia mengaku bahwa dirinya bukanlah seorang yang one man show. Untuk mencapai sebuah hasil yang spesifik, ia mampu mendelegasikan tugas secara tepat kepada tim. Karakter mengomandoi tersebut adalah bekalnya untuk menciptakan solusi. Terlebih ketika acara yang ditanganinya mengalami tantangan, ia mampu mengendalikan keadaan dan menjalankan show dengan sebagaimana mestinya.
Kemampuan lain Panca adalah sikapnya yang terbuka terhadap perkembangan zaman. Ia melakukannya dengan cara berkolaborasi bersama talenta-talenta muda. Ia menuturkan bahwa bekerjasama dengan talenta muda akan memberikan pelajaran baru untuk memperkaya pengetahuan.

Shirt and jeans, Diesel. Location, Komunal.
Ivan Gunawan sebagai salah satu desainer muda, mengungkapkan alasan loyalnya mengapa ia seringkali menyerahkan proyek koreografi fashion show-nya kepada Panca Makmun. Seorang Panca di mata Ivan adalah sosok yang hands-on dan bertanggung jawab terhadap keseluruhan rangkaian pekerjaan koreografi. “Di saat kita lagi mikir (untuk) mempersiapkan, mas Panca itu ada. Kualitas itu yang tidak saya temukan di koreografer-koreografer lain,” ungkap Ivan Gunawan menjelaskan etos kerja sang koreografer.
Bila diumpamakan pada bidang olahraga, Panca layak disebut sang juara karena kiprahnya. Atas kontribusinya di industri fashion tanah air, ia dianugerahi beberapa penghargaan bergengsi. Di antaranya adalah Lucky Strike Award oleh majalah a+, dan yang terbaru, Fashion Icon Awards untuk kategori Fashion Industry & Support di acara Jakarta Fashion & Food Festival (JFFF) 2019.
Crisis but Creative
Bagi Panca, sharing is caring. Pandemi COVID-19 telah mengguncang banyak sektor usaha termasuk juga fashion. Panca mengakui bahwa kondisi menantang ini begitu mempengaruhi pekerjaannya sebagai pekerja seni. “Di tengah kondisi seperti ini, penting untuk tetap bisa optimis dan berpikir positif,” ujarnya.
Tantangan juga tak berarti halangan bagi Panca untuk tetap kreatif. Cara yang ia tempuh adalah menuangkan kreativitas dalam medium lain, yakni merilis video di Youtube, saat tagar #dirumahaja menjadi headline. Panca memanfaatkan networking-nya yang luas untuk berbincang mengenai karier dan refleksi hidup bersama rekan-rekannya di dunia fashion juga entertainment seperti Anggun, Izabel Jahja, Karina Suwandi, hingga Sophia Latjuba. “Momen ini adalah saat di mana kita berbagi. Saya beruntung bisa melakukannya bersama teman-teman dari industri serupa,” ungkapnya.
Selama perjalan panjangnya, Panca mengaku banyak hal sudah ia lalui. Namun, ia tetap menantang diri untuk selalu berkreasi dan bereksplorasi terhadap hal-hal baru. Ketika ditanya apa yang akan ia lakukan 10 tahun mendatang, “Masih akan melakukan hal yang sama dan akan terus belajar untuk menjadi lebih baik,” ujarnya sembari menegaskan bahwa dunia koreografi fashion Indonesia akan tetap mampu bersaing sengit secara internasional.
Panca Makmun adalah seorang pemberani dalam menjalani kariernya namun tetap rendah hati. Kombinasi karakter tersebut tak hanya membuatnya terus produktif hingga hari ini, tapi juga membuatnya menjadi sosok yang menyenangkan ketika diajak bekerjasama secara profesional. Keputusannya untuk mempertahankan kualitas tersebutlah yang akan menjadikannya tangguh, sehingga membuatnya tetap ”bersentuhan” dengan makna kesuksesan itu sendiri.