With modern boho style.
Trends come and go. Tetapi, apakah kunci keberhasilan dari sebuah fashion brand adalah untuk selalu mengikuti arus tren? Nyata tidak selalu seperti itu. Label The Story Of berhasil memenangkan hati konsumen mancanegara tanpa kehilangan jati dirinya yang otentik. This is the story of ‘The Story Of’ and the creative mind behind it, Kukuh Zuttion.
Sebelum mendirikan label ini, bagaimana cerita Anda menemukan minat pada dunia fashion?
Saya memiliki latar belakang sekolah hukum dan business advertising – definitely nothing to do with fashion, ha ha ha. Tetapi, saya tumbuh besar dengan nenek dan ibu saya yang selalu membuatkan twinning dresses untuk saya dan saudara perempuan saya. Kami tak pernah membeli baju baru untuk Idul Fitri, hal itu bukan kebiasaan kami.
Jadi, membuat pakaian dan memotong pola bukanlah hal baru untuk saya. Then when I grew up, I started making my own dresses or anything that I could think of that look good on me as I never got the beauty of material life from my parents – I think it was a trigger for me to be more creative.
“I never got the beauty of material life from my parents – I think it was a trigger for me to be more creative.”
Saya kemudian bekerja sebagai stylist selama 10 tahun di Jakarta. I had so much fun in that period. Proyek terakhir saya adalah bergabung dengan tim wardrobe dari film “Eat Pray Love” ketika mereka syuting di Bali. It was an amazing experience dan saya merasa sangat tersanjung bisa turut menjadi bagiannya.
Di Bali, saya mulai bekerja untuk sebuah perusahaan fashion Australia bernama MINKPINK pada tahun 2006-2010. Pada akhir tahun 2010 saya dapat meluncurkan label saya sendiri, The Story Of, di Australia karena sebuah perusahaan distribusi besar bekerjasama dengan label saya. It was amazing.
Apa alasan di balik didirikannya label The Story Of?
Alasannya sebenarnya bermula dari sahabat saya yang bekerja di bidang bisnis mode di Australia. She could see something that I couldn’t see in me and she convinced me to express my creations into a business and start my own label. Jadi, saya mulai berpikir betapa menyenangkannya hidup ini bila Anda dapat membuat sebuah pekerjaan menjadi sebuah playground yang dapat mengubah hidup Anda. Ada kebebasan yang dapat Anda temukan bila Anda memiliki sebuah tempat sendiri untuk bermain, which is your own label. Jadi begitulah semuanya dimulai di tahun 2010.
We noticed that the pieces have an endless summer vibe. Banyak dari mereka adalah gaun-gaun flowy penuh dengan motif. Apakah konsep dari label ini dan mengapa Anda memilih konsep tersebut?
The Story Of is growing with my life. Seiring dengan bertambahnya usia dan bertambahnya pengalaman hidup saya. Juga melalui banyaknya travelling dan melihat banyak kerangka hidup; melihat apa yang ada di dalam dunia dan bagaimana setiap warna itu indah; serta binatang, pepohonan, gunung, pantai, dan bunga-bunga yang membuat saya bahagia.
Pengalaman tinggal saya di Bali dan Australia selalu menjadi bagian dari The Story Of yang berkembang menjadi estetika laidback, modern, feminin, dan feeling beautiful. I would say [the concept] is Modern Bohemian. Mengapa saya memilihnya? Saya tidak memilihnya, saya hanya membuat sesuatu yang ingin saya kenakan. Jadi semua yang saya buat adalah sesuatu yang sangat personal; every single thing from details, prints, colors, shapes, to finishing.
Kami melihat bahwa label ini tidak mengikuti tren. Apakah pendapat Anda mengenai tren mode? Mengapa Anda merasa tidaklah penting untuk membuat sebuah koleksi berdasarkan apa yang sedang trendi?
Saya selalu percaya untuk mendengarkan suara hati, mengikuti apa yang saya rasakan, dan berlaku jujur terhadapnya. That usually brings me the best creative moments, and I think it’s basically the same with all artists. Pernah sekali saya mengikuti apa yang dilakukan orang-orang lain, it became painful for me. Mungkin Anda boleh saja mengikuti tren, tapi harus selalu ingat benang merah identitas label Anda.
Bagaimana Anda menemukan inspirasi dalam merancang? Apakah Anda satu-satunya creative mind di label ini, atau ada sebuah tim kreatif di balik desain-desain yang tercipta?
I got inspiration from a lot of things around me. Saya memang suka mendengarkan musik – it always gets me in the mood – menonton film-film lama atau bahkan melihat kembali koleksi-koleksi lama dan melihat mana dari mereka yang merupakan best selling shape, dan biasanya saya dapat mengembangkan sebuah produk baru dengan look berbeda.
Suami saya, Pete Zuttion, adalah salah satu orang yang membantu saya untuk mengembangkan motif-motif menakjubkan yang kami punya. Kami berdua selalu bertukar ide tentang warna dan motif. He’s an amazing person to work with. Karena ia dulu bekerja di bidang bisnis dan ritel fashion di Australia, dia adalah orang yang tepat untuk diajak berdiskusi mengenai apa yang laku dijual dan apa yang tidak.
Saya memang satu-satunya orang yang mengkreasikan koleksi. Saya tidak memiliki asisten desainer karena saya ingin semuanya berasal dari saya; and I’m not running a million-dollar fashion business, not yet ha ha ha, so I think I can still handle this. Kami mempekerjakan seorang desainer grafis untuk membuat layout prints dan lookbook. Suami saya juga bertindak sebagai brand representative untuk international trading dari The Story Of.
Bagaimana kehidupan di Bali? How does it shape you as a person and the creative mind behind the brand? Secara bisnis, apakah Anda pernah mempertimbangkan untuk memindahkan usaha Anda ke Jakarta?
Life in Bali has been amazing for me, with my two boys and my husband who always support me. I would never ask for more. Bali adalah tempat sempurna untuk saya tinggal sebagai orang kreatif, seorang ibu dari dua anak, dan untuk menjalankan bisnis. Untuk sekarang, saya tidak pernah berpikir untuk memindahkan bisnis saya ke Jakarta karena 80% dari konsumen saya berasal dari Australia. So we’ll see, apakah The Story Of dapat mengembangkan konsumen di Jakarta atau kota-kota lain di Indonesia, dan mempertimbangkan untuk membuka store di sana. Like I said, life is growing, so we’ll see.
“Betapa menyenangkannya hidup ini bila Anda dapat membuat sebuah pekerjaan menjadi sebuah playground yang dapat mengubah hidup Anda.”
Bagaimana Anda memperkenalkan dan memasarkan The Story Of ke Australia dan South Africa? Apakah Anda menghadapi tantangan-tantangan tertentu di sana? Bagaimana dengan tantangan-tantangan di Indonesia sendiri?
Pertama kami memasuki market Australia, kami bekerjasama dengan sebuah perusahaan distribusi besar sehingga kami mendapat sebuah big hit untuk memasuki pasar tersebut. Selain itu, koleksi pertama kami di tahun 2010 memiliki eclectic vibe yang sangat sesuai dengan pasar tersebut pada saat itu. Wajah campaign kami waktu itu adalah Salvita Decorte, dan ia sangat sempurna sebagai wajah dari The Story Of pada debut kami. I was feeling so lucky.
Untuk pasar Afrika Selatan, mereka sudah mengikuti brand kami di Australia karena mereka kerap membawa brand Australia ke Afrika Selatan. Mereka datang ke Bali dan ke toko kami untuk melihat apakah estetika kami dapat masuk ke Afrika Selatan. So that’s where it began. Tentang market Indonesia sendiri cukup menantang untuk saya karena budaya yang berbeda dengan konsumen saya sekarang, but we are getting there. Saya memiliki teman-teman baik di Jakarta yang selalu mendukung brand saya sejak saya memulainya, dan word of mouth juga cukup efektif selama ini. It grows organically, which I’m happy about.
Selama pandemi COVID-19 ini, bagaimana Anda menanggapi situasi ini dalam menjalankan brand Anda?
Selama ini tidak ada perubahan banyak dalam hal bisnis. Store Bali saya harus ditutup di masa ini, tetapi kami masih berjalan secara online; which is actually a blessing as I haven’t been putting so much effort on my online business. Dengan situasi ini, saya mulai semakin berusaha untuk bagaimana dapat meningkatkan sales dan mempelajari online marketing tools. Tidak ada pilihan lain selain mengerjakan dan mempelajari bisnis online. Not that I’m grateful about the virus, but I just think that we have to stay positive in this situation and make the best out of it.
Jika ada seorang ikon untuk brand Anda, atau jika Anda dapat memilih seorang ambassador dunia untuk merepresentasikan brand tersebut, siapakah orangnya?
Not something that I’m thinking right now…
Apa gol dari brand Anda untuk tiga tahun ke depan?
Tujuan saya sangat sederhana sebenarnya – for more women to love wearing my dresses.