Dunia modelling di Indonesia beberapa dekade lalu sangatlah berbeda dengan hari ini. Selain tren yang secara konstan berganti, standar fisik juga kian berubah seiring keterbukaan paham dan pandangan. Bagaimana para model menghadapi tekanan stigma dunia modelling pada era awal perkembangannya? Lewat obrolan ringan, TEC mendapat insight dari mantan model dan Editor in Chief salah satu majalah mode Indonesia, Izabel Jahja, mengenai ini.
Suatu hari di tahun ’80-an, Izabel Jahja, atau biasa dipanggil Abel, masih berusia 12 tahun. Ia ditawarkan untuk menjadi model runway dari brand milik teman ibunya. Dibekali arahan seorang choreographer runway ternama kala itu, ia menerima tawaran tersebut. Pada runway pertamanya ini Izabel juga kemudian mendapat ilmu dari para senior, seperti Ria Juwita dan Ira Duati.
Terjun ke bidang modelling di era ’80 hingga ‘90-an, dengan sarana publikasi yang masih terbatas, bukan merupakan hal mudah. Ia bercerita soal pentingnya menjadi bagian dalam modelling school kala itu guna mendapatkan ‘job’.
Apa saja yang diajarkan dalam modelling school?
Kita diajarkan etiquette, cara jalan, penampilan, hingga makeup dan hairdo. Dulu, kita ngga ada makeup artist. Jadi, kalau ada show, seluruh preparasinya harus sendiri. Seumpamanya dalam show besok kita harus keriting rambut, dari malam aku udah roll rambut, terus (keesokannya) bawa hairspray, sisir, makeup, dll.
Bukan cuma makeup, jaman dulu kalau show, kita harus bawa stocking lengkap – hitam, putih, nude. Tas para model dulu sudah pasti sangat berat setiap datang ke sebuah show karena kita bawa segala sesuatunya sendiri, mulai dari drapery, beberapa jenis sepatu untuk sequence yang berbeda, dan sebagainya.
Ini merupakan salah satu faktor yang membuat modelling school itu penting. Kita belajar tiga bulan, mulai dari pose sampai tata krama hingga commercial approach dalam menghadapi client untuk casting iklan. Ini juga kenapa masuk ke modelling school akan memudahkan kita untuk dapat ‘job’.
Ya, hal yang ia jelaskan pertama memang sangat kontras dengan perkembangan yang telah terjadi sekarang. Makeup artist sudah mengambil alih tanggung jawab tersebut dan para desainer sudah membiasakan untuk menyiapkan sebagian besar perlengkapan yang diperlukan para model dalam sebuah show. Sehingga datang hanya dengan menggunakan pakaian kasual dan membawa tas simpel, model-model akan siap tampil ke atas runway.
Oki Modelling, Soraya Haque, dan John Robert Powers merupakan sebagian dari modelling school yang diburu para calon model maupun para client dalam mencari modelnya. Mungkin kini peran modelling school di Indonesia telah digantikan secara langsung dengan kehadiran modelling agency, yang masing-masing memegang karakternya sendiri. Ada agency yang hanya menerima model Indonesia dengan karakteristik fisik yang kuat, ada agency yang kebanyakan berisi half-Indonesians, dan ada yang hanya mendatangkan model-model dari luar negeri. Kami menanyakan pendapat Izabel mengenai perubahan ini.
“Pekerjaan seorang model itu sangat susah, dan kalau Anda bodoh sudah pasti Anda tidak akan bertahan.”
Apakah hal-hal yang diajarkan di modelling school sebenarnya masih diperlukan di era sekarang?
In my opinion, mungkin setiap modelling agency harus mengedukasi para modelnya saja. Hal terpenting yang diketahui seorang model adalah menjaga attitude-nya. Itu nomor satu. Seorang model harus memiliki attitude positif, gampang diajak bekerja sama, fleksibel, dan tetap punya prinsip.
Satu hal yang menarik ketika kami masuk ke dalam pembahasan ini, nama Kate Moss muncul. Kate Moss memiliki sejarah perjalanan karier yang unik. Image buruk di mata masyarakat yang disebabkan oleh konsumsi cocaine tak membuat kariernya mati di industri fashion. Sikap profesionalisme dan pribadi yang sangat menyenangkan menjadi resep keberhasilannya.
Dulu para model sering kali dikaitkan dengan stigma buruk. Mengapa hal ini terjadi?
Hmm, mungkin karena pada saat itu industri ini baru berkembang. Lalu banyak figur-figur yang mengangkat isu ini ke permukaan, seperti John Casablancas misalnya. Dia punya image yang sangat buruk; semua model yang dia angkat saat itu pasti dia jadikan pacar. Sementara dia sudah tua dan para modelnya masih underage. Hal-hal seperti ini juga membuat industri ini terlihat seperti industri aji mumpung.
Dari sini juga muncul pikiran seperti, “Oh, kalau Anda model Anda cuma cantik saja, tidak perlu pintar”. Pada masa itu, if you’re not into the business then you wouldn’t know. Anda tidak akan pernah tahu sampai Anda sendiri yang menjadi model. Pekerjaan seorang model itu sangat susah, dan kalau Anda bodoh sudah pasti Anda tidak akan bertahan.
Jadi, mungkin saat itu pendapat orang-orang masih terlalu kaku saja karena masih baru. Sekarang-sekarang ini, orang pun sudah bisa lihat bahwa it’s actually a tough job – being a model. Kini industrinya juga sudah semakin kuat dan semakin jelas.
Melalui perkembangan yang terjadi, pola pikir masyarakat yang tadinya awam dengan bidang ini perlahan mulai terbuka. Selain stigma yang hilang, para model – terutama di Indonesia – dengan ciri fisik yang hampir seragam (jawline tegas, hidung mancung, mata yang besar, kulit putih, dst.) kini sudah tiada. Sekarang muncul wajah-wajah baru dengan diversitas sangat luas. Berbeda etnis, tinggi, bahkan ukuran pakaian pun sudah tidak menjadi barometer utama dengan dikampanyekannya pandangan bahwa setiap orang memiliki keunikannya masing-masing. Masyarakat global diajarkan untuk mencintai dirinya apa adanya melalui pesan iklan dan publikasi yang disampaikan.
Bagaimana Anda melihat perkembangan yang terjadi sekarang?
Ini sangat menyenangkan. Saya bahagia melihat anak saya masuk dalam era digital yang menjunjung nilai kemanusiaan yang tinggi. Definisi ‘cantik’ sudah bukan lagi ‘sempurna’, it’s about being unique. Dulu, freckles saja ‘tuh tidak dihitung cantik, sedangkan sekarang semuanya kalau bisa (terlihat) senatural mungkin. You can be red-headed, Anda bisa sipit, bahkan sampai tidak ada kelopak matanya. Sekarang kita sudah terlepas dari doktrin bahwa ‘cantik’ artinya berambut panjang, bibir tebal, kurus, dan mata harus terlihat kelopaknya. Terobosan seperti ini membuat dunia kita lebih sehat. Karena kalau tidak, akan tercipta banyak penyakit di dunia.
“Kita harus punya kesadaran bahwa in everyday’s life we will face challenges. Kita harus bisa menghormati diri kita, supaya orang lain bisa menghormati kita juga.”
Terlepas dari perkembangan positif yang terjadi ini, apa masukan motivasi Anda untuk para model lokal sekarang?
Dengan industri yang semakin kuat, sudah jelas bahwa kompetisinya pun semakin ketat. Karena saya telah melalui tiga generasi dalam dunia modelling, saat ini saya melihat bahwa regenerasi model sudah melambat. Kita sempat melalui masa invasion of Western models, di mana model-model Indonesia waktu itu menciut nyalinya karena medannya didominasi oleh model asing. Namun, itu salah satu pembelajaran juga untuk semua; yang akan bertahan adalah model-model yang kuat mental dan juga kuat dalam attitude. Saya berharap industri modelling sekarang bisa terus bangkit.
Bagaimana cara yang pas untuk mempertahankan karakter atau karisma sebagai seorang model?
Harus belajar percaya diri, apa pun yang terjadi. Dan ini selalu berawal dari rumah. Dengan atau tanpa orangtua/pembimbing, kita harus memiliki kemauan untuk belajar hal itu. Saya pernah tinggal di luar negeri dan mengalami rasanya direndahkan orang saat datang casting.
Bagi saya, kita harus punya kesadaran bahwa in everyday’s life we will face challenges. Kita harus bisa menghormati diri kita, supaya orang lain bisa menghormati kita juga.
Membahas bidang ini memang tidak akan ada habisnya, banyak sekali topik yang selalu bisa diangkat. Tidak hanya apa yang telah kami bincangkan dengan Izabel Jahja, tetapi juga isu-isu seperti mengapa para model laki-laki masih kurang digemari, atau bahkan dalam beberapa kasus dibayar lebih rendah, sensasi digital, kehidupan di balik layar, dan seterusnya. Para model kini bisa dibilang telah menjadi lebih vokal dari pada tahun-tahun sebelumnya melalui media sosial, tetapi bukan berarti semua cerita telah terbagi.
Bagaimana pun juga, merangkum pembicaraan kami, perkembangan dalam norma tengah bergerak maju dengan sangat pesat dan berdampak kuat pada industri ini. Kami semua berharap industri modelling lokal bisa terus berpacu bersama industri global dan dapat menaruh kontribusi dalam sektor ekonomi.