As the story said, the rainbow is created after the rain.
Anthony Putihrai loves art. We knew it even before he told it himself in the interview some days ago. Di samping garasi rumahnya yang berisi beberapa luxury car, termasuk Maserati biru, terdapat semacam galeri-garasi dengan sejumlah benda seni koleksinya. Melangkah naik ke area lain, terdapat sebuah ruang bilyar bernuansa opulent; reflecting the taste of the owner. Tone-nya adalah deep glossy brown dominasi material kayu bergaya interior Eglish regency. Di sanalah perbincangan dimulai dengan melihat situasi menantang saat ini.
âKita harus punya mindset bahwa dengan Tuhan kita bisa menanggulangi masalah ini,â ucap Anthony Putihrai merespon situasi menantang yang tercipta akibat dampak pandemi Covid-19. If you got the chance to have a conversation with him, just like The Editors Club did days ago – you will also have this one certain impression that he is a religious person. Dalam perbincangan kami dengan Vice Chairman of The Board dari Tamara Land tersebut, yang berlangsung selama sekitar 50 menit di kediamannya, Tuhan ia tempatkan sebagai subjek omnipotent yang menjadi pusat penting perjalanan hidupnya.
Landasan keimanan tentang kemahakuasaan Tuhan itulah yang turut membentuk sosok Anthony Putihrai sebagai seorang yang berani mengambil risiko dalam mencapai kesuksesan – dengan catatan harus ada perhitungan terhadap risiko-risiko yang ada. âKalau kita tak ambil risks, kita tidak akan berjalan. Saya memang terbiasa ambil risiko. Sebagai pengusaha memang ada risikonya. Tidak ada bisnis yang menjamin seratus persen untung,â jelasnya. Ia pun menyebut kisah sukses yang diiringi banyak kegagalan, seperti cerita Colonel Sanders membangun KFC hingga Elon Musk menyelamatkan Tesla yang hampir bangkrut di sebuah malam Natal, sebagai bahan pembelajaran untuk tidak takut melangkah meskipun risiko-risiko buruk selalu bisa terjadi.
Sukses dengan bisnis properti – yang mencakup hotel All Seasons dan Hotel NEO – kisah perjalanan Anthony Putihrai dalam berkarir tak hanya soal business skills maupun being a risk taker. Ceritanya dalam menapaki jejak profesional merupakan bagian dari satu narasi hidup lebih besar yang mengarah pada sebuah pemahaman akan aspek esensial kehidupan. Berikut yang dipaparkan sang pemilik Maserati Ghibli ini kepada The Editors Club.
The Journey into the Godâs Presence
âKesuksesan bagi saya harus menyeluruh. Anda bisa saja hanya punya rumah kecil dan satu sepeda motor, tapi keluarga harmonis. Itâs fine. Ini kesuksesan yang sejati. Di sini lah diperlukan dimensi spiritualâ demikian Anthony Putihrai membantah konsep sukses yang sekadar fokus pada persoalan perolehan materi. Baginya, untuk mencapai kesuksesan yang menyeluruh – yang mencakup bidang karis maupun ranah personal – Tuhan harus dilibatkan.

On this pic: varsity jacket, T-shirt, trousers – Ermenegildo Zegna ; on headline pic: long sleeves shirt, T-shirt – Ermenegildo Zegna.
Ada latar belakang tersendiri dari jalannya mencapai pemahaman yang demikian; yang membuatnya berbelok dari gambaran umum kesuksesan dengan titik berat pada jumlah kekayaan hingga memegang konsepsi akan hidup yang berbasis seputar aspek ketuhanan. The lesson did not come easy. âMy turning point dimulai di tahun â99,â ia memulai cerita tentang chapter penting hidupnya. Saat krisis moneter melanda Indonesia di tahun 1998, usaha bank rintisan keluarga yang sebelumnya mendulang untung menjadi bangkrut dan terpaksa harus mendapat status Bank Taken Over pada tahun 1999 oleh Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) – yang beberapa tahun kemudian dilebur bersama bank-bank lain ke dalam sebuah bank besar.
Saat itu, Bank Tamara harus menyelesaikan kewajiban pada pemerintah dengan angka yang sangat besar. Berdasar artikel di situs berita ekonomi Kontan, Omar Putihrai sang kakak, yang adalah salah satu pendiri Tamara Group, berkewajiban membayar Rp 190,169 milyar, yang kemudian dilunasi pada tahun 2010 secara sah lewat terbitnya surat pernyataan pengurusan piutang negara lunas dari pemerintah. Flashback ke era krisis saat itu, ia mengatakan, âBagi saya sangat berat. I was born with golden spoon. Kami tidak pernah merasakan susah. Ketika balik ke Indonesia dari studi di luar negri, saya pikir harta orang tua saya tak akan habis tujuh turunan. Tapi saat perusahaan-perusahaan milik grup disita oleh BPPN, saya tidak punya income. Nyatanya harta yang sedemikian besarnya dengan mudahnya bisa habis.â
Pengalaman di lowest point dari hidup Anthony Putihrai saat itu bahkan mendorong pikirannya pada ide untuk menjadi supir taksi di Amerika. âItâs a difficult time. Saya lelah melihat keadaan, saya mau âsantaiâ saja. Daripada di sini stres karena harta sudah habis,â ucapnya mengenang apa yang ia rasakan di masa lalu. However he did not give up and rose again. âIt needed a lot of time. Seiring dengan membaiknya perekonomian Indonesia di sekitar tahun 2003-2004, kami pelan-pelan membangun kembali bidang-bidang bisnis dari kecilâ kisahnya. Kala ditanya mengenai apakah saat menghadapi problem berat ia marah pada Tuhan, jawabannya pun mengejutkan. âTidak,â ucapnya yang dilanjutkan dengan alasan âkarena saat itu saya belum mengenal Tuhan.â Meski mengaku sedih dan down dalam menghadapi masalah masa itu, namun beruntung ia tetap bisa beradaptasi dengan segala perubahan gaya hidup. âThis is lifeâ, demikian yang terbersit di pikirannya.
âKesuksesan bagi saya harus menyeluruh. â
Secara personal, kepulihan dirinya dari masa-masa suram terjadi ketika mulai dekat dengan Tuhan. Yet the healing story didnât begin from church. Dulu karena menyadari betapa hidupnya juga diisi oleh banyak hal buruk – termasuk memegang konsep bahwa uang adalah segalanya – ia yang sebelumnya tak percaya Tuhan pun jadi merasa rendah diri dan enggan datang ke gereja. Pada suatu momen, bertemulah dirinya dengan seorang teman yang mengajaknya ke Full Gospel Businessmen Fellowship International; sebuah organisasi komunitas bernafas kekristenan yang berisi aktivitas sharing kesaksian mengenai pemulihan diri dan juga soal business development. Sebuah ayat kitab suci pun kemudian didengarnya dan membuatnya sangat tersentuh untuk menerima konsep ketuhanan, secara spesifik konsep Tuhan dalam pemahaman iman Kristen.
âDari sanalah saya mulai menggali,â ucapnya mengenai proses pendalaman konsep ketuhanan yang ia lewati. Dari fase yang dulunya kerap menantang pengkhotbah keagamaan dengan fakta-fakta sains – ia memang terlihat punya ketertarikan besar pada penemuan-penemuan ilmu alam yang membuatnya berpikir lebih dalam- hingga kini menjadi seorang yang melihat adanya penjelasan-penjelasan rasional atas aspek keagamaan. Melewati momen transisional tersebut, berbagai perubahan pendekatan hidup pun terjadi dalam kehidupan Anthony Putihrai. âTobatâ bukan kata yang ia pilih. Ia lebih memilih term âMetanoiaâ, kosa kata Yunani dengan arti perubahan pikiran. Proses reflektif dalam bidang religius dan spiritualitas ini yang memulihkan dirinya dari keterpurukan melalui sebuah konsep Tuhan yang merangkul, alih-alih sebagai penghukum; yang layaknya seorang bapak akan menyadarkan kesalahan anak-anaknya dan memberi pembalajaran pada mereka melalui cinta kasih.
Success and Self Exploration
Keluarga di mata Anthony Putihrai memaikan peran penting dalam menjalani hidup. âWithout family, we are meaningless,â tuturnya. Akan tetapi, secara terbuka ia mengakui bahwa kesibukan kerja pun terkadang menjadi tantangan tersendiri dalam urusan interaksi keluarga. Terkait ini, ia berkomitmen untuk menyediakan waktu khusus untuk menghabiskan waktu bersama keluarga. Mengamati situasi sekarang, pengusaha lulusan studi bisnis di University of San Francisco Amerika ini melihat bagaimana pandemi ini di satu sisi membantu orang-orang yang tadinya terlalu sibuk bekerja menjadi lebih dekat keluarga.
Mengejar kesuksesan dan perhatian terhadap keluarga hingga kini kerap dimengerti banyak orang sebagai dua hal yang bertolak belakang. Seolah bahwa seseorang yang mau sukses mencapai puncak karir âwajibâ mengabaikan keluarganya. Dengan cara pandang lebih luas, Anthony Putihrai mengatakan bahwa perihal upaya pencapaian kesuksesan tak selalu bergerak seperti itu. Mengenai ini, ia merujuk pada konsep Godâs grace. Namun demikian ia mewaspadai bahwa konsep tersebut bisa disalahartikan hingga seseorang justru akhirnya menjadi malas. âDiligence itu tetap perlu, cuma jangan sampai terlontar kata-kata kepala jadi kaki dan kaki jadi kepala,â ujarnya mengenai kerja keras untuk mencapai sukses karir dan kesimbangan hidup bersama keluarga. Kembali pemahaman keagamaan menjadi dasar acuannya mengenai konsep kegigihan kerja itu.
Pengertian akan nilai dan fungsi kerja keras ini menjadi salah satu hal berharga yang ia wariskan kepada anak-anaknya – selain juga memberi pemahaman untuk menjadi orang yang baik dan benar. Ia bercerita bahwa sebelum masuk grup usaha keluarga, anaknya terlebih dahulu bekerja di tempat lain. âJadi saya lebih baik memberikan kail daripada ikannya,â ujar pengusaha usia 53 tahun itu. Ia menjelaskan bahwa lahir dalam keluarga berada adalah gift, namun hal itu tak boleh lantas menjadi taken for granted. âTeman-teman saya yang di Amerika sekarang banyak yang babak belur karena mereka selalu berpikir bahwa orangtuanya orang kaya sehingga tak mengembangkan potensinya,â ungkapnya. Tak hanya menjadi legasi bagi anak-anaknya sendiri, pemahaman Anthony Putihrai mengenai pentingnya bekerja dan mengolah kemampuan diri mendorongnya untuk membuka lapangan-lapangan kerja baru bagi masyarakat. âDi zaman pandemi ini, saya bersyukur saya masih bisa kedai kopi dan restoran hingga usaha hidroponik, dan sebagainya,â tutur sang entrepreneur seraya berharap pengusaha lain mengikuti jejak yang sama dalam membuka lapangan kerja agar membantu memberi penghidupan bagi yang membutuhkan di masa sulit ini.
âSaya lebih baik memberikan kail daripada ikannya.â
Dengan kesuksesan yang diraihnya, sosok yang semasa muda sempat mencicip dunia modeling ini – yes he has a height of a runway model – menyebut berbagai hal sebagai caranya menikmati pencapaian yang dimiliki. Mulai dari menghabiskan waktu berharga bersama keluarga hingga memenuhi minat-minat lainnya, termasuk di dalamnya adalah kegemaran mengoleksi jam tangan (yang ia sebut sebagai bentuk investasi juga karena harganya yang bisa naik) serta passion terhadap mobil. Bicara soal mobil, entrepreneur dengan banyak unit bisnis ini menyatakan bahwa sejak muda, Maserati menjadi salah satu manufaktur mobil favoritnya karena merupakan kombinasi antara practicality dan soul. âMaserati for me is a beautiful car,â ucapnya yang juga bercerita pengalaman menggunakan Maserati GranTurismo 2 pintu untuk tur melewati indahnya pantai Malibu di Amerika.
Di akhir perbincangan, pertanyaan mengenai tujuan lain yang ingin dicapai serta harapan pun dilontarkan. âSaya orangnya tidak muluk-muluk. Saya cuma minta sama Tuhan agar besok jadi lebih baik dari hari ini. We have to move forward. Kita harus memiliki tujuan yang lebih baik,â jawabnya. Menyambung hal tersebut, Anthony Putihrai juga menegaskan pentingnya untuk tidak berhenti mengeksplorasi talenta-talenta diri yang diberkan Tuhan. Di atas segalanya, ia bersyukur bahwa dalam kondisi pandemi ini, segala sesuatu di hidupnya tetap berjalan lancar meski memang ada sedikit dampak terasa di unit-unit bisnis, termasuk hotel-hotelnya. âSemua karena kasih Tuhan,â ungkapan Anthony Putihrai yang menjadi jiwa di sepanjang ceritanya mengenai perjalanan hidup.