Kelam dalam Sensualitas Elegan di “Finality” Harry Halim

Less but not least.

 

Pendar merah melingkup atmosfer runway hingga seorang model berjalan perlahan dengan trouser skirt legam tanpa padanan atasan. It’s dismal for certain and the mystery within it is what complicates the feeling. Kompleksitas kesedihan nan enigmatis ini berasal dari perenungan akan pengalaman hidup Harry Halim selama beberapa bulan terakhir dan ia menerjemahkannya secara sartorial ke dalam koleksi musim dingin.

Ketika materi inspirasinya potensial untuk digarap secara extravagantin line with his design character – kali ini Harry Halim justru mengambil langkah tone down. Garis-garisnya lebih lugas sehingga elemen-elemen tailoring terpancar lebih straight forward. Pada sebuah long coat, permainan desain dibuat dengan menghilangkan lapel dan flap pocket tampil fluid mengikuti siluet panggul. Pada kreasi serupa, side slit dibuat tinggi mendekati panggul sehingga menyibak sepatu gladiator strap mencapai tengah paha. Pendekatan basic yang lebih kental terlihat pada mantel panjang dengan kesamaan pointy shoulders sebagaimana kreasi-kreasi lain. Elegant, formal, but not less dramatic.

Statement lebih dramatis bisa ditemukan pada sebagian karya lain. Pemilihan material memainkan peran krusial. Bila wool membangun kesan quiet, leather menyuarakan bold attitude seperti terlihat pada coat yang semakin edgy berkat manuver asimetris di siluetnya. That’s also a punk reference there. Sementara itu, faux fur menjelma glamor dalam wujud coat bervolume dengan padanan thigh-high footwear. Versi menswear dikenakan oleh aktor Chico Jericho dalam rupa panjang hingga ke lantai dan dibiarkan menyingkap torso tubuhnya yang terolah. A provoking sultryness has always been a part of the designer’s design code.

Di antara total 33 looks yang tampil dengan dominasi hitam dan paduan merah menyala, terselip beberapa yang diinjeksi dengan warna soft mendekati nude. Ditujukan sebagai representasi kemurnian, looks tersebut juga tampak memberi sense of calmness and hopefulness di tengah segala rancangan yang terilhami oleh suasana duka juga kegamangan. Finality is an honest expression of fashion creativity coming from a series of miseries. Dengan failed romance sebagai salah satu bahan bakarnya, energi koleksi ini tampak memuncak lewat nelangsa akan sengsara sang ayahanda dalam sakitnya. Berlandaskan kontemplasi bahwa kematian adalah satu-satunya kepastian, Harry Halim mengimani kekaryaan sebagai keistimewaan kala mengisi semesta kemungkinan.